V for vendetta adalah film tahun 2006 yang ceritanya di ambil dari novel yang berjudul V for vendetta di buat oleh alan moore dan david Lloyd , yang menceritakan tentang seorang yang berinisial ‘V” yang berjuang melakukan pemberontakan untuk menghancurkan rezim pemerintahan otoriter di Inggris.
film ini di sutradarai oleh Mc Teigu dan di produksi oleh Joel silver dan wachowski bersaudara (Andy Wachowski dan Larry Wachowski).
Sinopsis
V for Vendetta mengambil latar belakang Inggris di era masa depan ketika berada di bawah kepemimpinan kerajaan berbentuk autokrasi. Hal ini bermula ketika pasca-perang dunia yang menghancurkan pelbagai negeri di Britain. Kekacauan merebak dimana-mana, kelaparan, penyakit dan juga angka kematian yang begitu tinggi. Hal ini akhirnya yang menjadikan seorang politikus yang bercita-cita tinggi untuk meraih kekuasaannya dengan menerapkan pola kekuasaan yang fasistik. Semua benda dikontrol oleh negara, tiada kebebasan bersuara, dan rakyat dikongkong. Bukan itu sahaja, agama juga diletakkan dalam tangga tertinggi dimana agama Kristian menjadi berkuasa sehingga menyebabkan agama lain ditindas. Dalam satu bagian, dikisahkan bagaimana Gordon iaitu kawan kepada Evey dapat ditangkap hanya karena memiliki Al-Qur’an. Film, buku-buku sastra dan bahkan juga karya-karya seni dilarang.
Di tengah situasi yang rumit, seorang individu yang menyebut dirinya V, dengan mengenakan kostum ala Guy Fawkes mulai mengambil tanggung jawab atas semua hal yang terjadi dan mulai melancarkan propaganda yang dikenal dengan istilah “propaganda by deed”. V ni adalah salah seorang mangsa projek kerajaan mereka tetapi eksperimen yang dilaluinya membuatkannya menjadi lebih kuat dari manusia biasa. V menyadari bahwa kesalahan suatu negeri memang tidak dapat digulingkan begitu saja, so V ni dia merancang selama setahun untuk melaksanakan matlamatnya untuk membom bangunan parlimen Britain. Orang awam sepertunya tidak peduli atau takut dengan kerajaan mereka, padahal V merasakan Kerajaan sepatutnya takut kepada rakyat bukan rakyat yang takut kepada kerajan. Dalam satu scene, V mengatakan pada orang awam melalui television bahwa, “untuk mengetahui siapa yang bersalah atas semua yang terjadi, mari kita menatap cermin.”
Namun V for Vendetta tidak hanya melulu soal pamer ideologi dan politik. Salah satu faktor utama keberhasilan film ini adalah mampu menyeimbangkan faktor politik tersebut dengan suguhan adegan aksi yang sangat menarik. Mungkin special effect yang ada tidak terlalu mewah, namun penanganannya yang pas plus dibalut iringan musik epik buatan Dario Marianelli, V for Vendetta mampu tampil dengan begitu keren. Dua aksi peledakan yang ada di film ini mampu tampil begitu megah namun punya porsi yang tidak berlebihan. Semua itu masih ditambah aksi keren dari sosok V yang beraksi hanya bermodalkan beberapa pisau saja. Seringkali memang penggunaan pisau bakal jauh terlihat lebih keren dari senjata api seperti apapun. Pada akhirnya mungkin tidak semua orang sepaham dengan ide-ide yang disampaikan dalam V for Vendetta, namun jelas film ini mampu menggabungkan berbagai sindiran yang cukup tajam dan mengenai dengan berbagai adegan aksi yang menghibur. Saat sebuah film mampu menggabungkan dua hal itu dengan baik, maka itulah bukti bahwa film itu spesial. Saya yakin V for Vendetta akan terus diingat, seperti tanggal 5 November. Remember remember, the 5th of November.