Seorang pria berusia 18 tahun di Belgia meninggal akibat kegagalan pernafasan terkait vape dan campuran berbagai produk berbahaya di dalam rokok elektrik. Kematian tersebut merupakan yang pertama di Belgia
pria bernama Raphael itu dilaporkan menggunakan rokok elektrik mengandung suatu zat yang umumnya ditemukan pada ganja.Menteri Kesehatan, Maggie De Block, menyimpulkan penggunaan rokok elektrik sebagai penyebab kematian Raphael
Keterkaitan dengan rokok elektrik sudah dapat dipastikan. Tidak ada penjelasan lain untuk (menjelaskan) pneumonia parah pada pasien tersebut.Berdasarkan temuan awal, produk yang ada pada rokok elektrik itu merupakan cannabidiol (CBD).
Produk tersebut merupakan komponen dalam ganja yang populer dan legal serta memiliki efek menenangkan yang ringan, tetapi juga dijual di pasar gelap dengan dicampur dengan produk-produk berbahaya
De Block menuturkan investigasi harus dilanjutkan untuk mengetahui situasi pasti saat kematian korban dan menekankan pelarangan vaping di Belgia
Kematian Raphael merupakan kasus yang mirip dengan beberapa kasus kematian terkait rokok elektrik di Amerika Serikat dengan menyalahkan produk vitamin E asetat yang digunakan sebagai zat pengental minyak pada vape.
Otoritas kesehatan di AS telah menetapkan vaping berbahaya bagi anak-anak muda di tengah pesatnya peningkatan jumlah pengguna di kalangan murid sekolah menengah atas (SMA) hingga dua kali lipat pada 2017 dan 2018.
Pada Jumat (15/11), beberapa pejabat AS mengatakan mereka telah mengidentifikasi vitamin E asetat mungkin merupakan dalang di balik wabah infeksi paru-paru yang telah menewaskan 39 orang dan membuat dua ribu orang sakit.
Vitamin E asetat umumnya ditemukan pada banyak makanan dan juga digunakan pada suplemen serta produk kosmetik seperti krim kulit. Namun zat tersebut dapat menyebabkan infeksi paru-paru ketika dihirup