6 Pelajaran Hidup dari Bertani di Sawah, Disiplin dan Kerja Sama

1. BERAWAL DARI TANAH BECEK YANG SULIT DI PIJAK MENJADI PADAT DAN STABIL


Di awal masa tanam, sawah beceknya bukan main. Bahkan bisa terlihat seperti kebanjiran hingga tak tampak permukaan tanahnya. Hanya garis-garis pematang yang terlihat. Itu pun sangat sulit dilalui oleh orang yang gak terbiasa berjalan di atasnya.
Tanah yang begitu banyak mengandung air membuatnya tak stabil saat dipijak. Kamu sangat mudah terjatuh setiap melangkah. Akan tetapi, datanglah lagi ke sawah yang sama mendekati masa panen. Tanahnya telah jauh lebih kering dan kamu dapat dengan mudah berjalan bahkan berlari di pematang sampai jauh ke tengah sawah.Begitu pula kehidupanmu di awal menjadi pribadi dewasa, tidak stabil seperti sawah yang becek. Pekerjaan dan kondisi finansialmu belum mantap. Bahkan kamu masih sering dibuat galau oleh urusan asmara, konflik dengan teman, dan sebagainya.Ini tidak berarti dirimu bakal selamanya hidup dalam ketidakstabilan. Perlahan-lahan kehidupanmu bakal bergerak ke kondisi yang lebih mapan. Tak cuma mapan secara materi, melainkan juga cara berpikir dan merespons berbagai hal.

2. MUNDUR SAAT MENANAM UNTUK HASIL YANG BAIK


Petani menanam bibit padi dengan cara berjalan mundur, bukan maju. Ini seperti orang yang mengepel lantai yang berbeda dari menyapu. Ternyata, melangkah mundur gak selalu buruk. Justru hasil menanam bibit padi akan kacau bila kamu terus melangkah maju. Bibit yang masih kecil-kecil malah terinjak-injak dan mati. Dalam hidup pun demikian, maju terus pantang mundur kadang gak berlaku. Ada situasi-situasi yang perlu disikapi dengan mengambil langkah mundur dulu.Namun, mundurmu bukan buat menyerah melainkan mencari cara yang lebih baik dan menghimpun kekuatan untuk meraih sesuatu. Maka jangan merasa gagal ketika kondisi gak memungkinkan untuk kamu maju. Ingat-ingat cara petani menanam padi. Meski mereka berjalan mundur, hasil tanamnya hidup terus hingga panen raya.

3. PADI MAKIN BERISI MAKIN MERUNDUK


Peribahasa ini tentu sudah gak asing buatmu. Ya, padi yang sudah menguning mengajarimu untuk selalu rendah hati. Ilmu dan harta boleh banyak, tetapi jangan sampai kamu menjadi pribadi yang sombong. Justru dengan segala yang dimiliki, dirimu mestinya tambah low profile.Ini penting supaya kamu bisa memberi banyak manfaat untuk kehidupan. Jika kesombongan menguasaimu, ilmu dan hal-hal yang dipunyai cuma dinikmati seorang diri. Gak ada kerelaan buat membaginya lantaran kamu terlalu khawatir orang lain bakal melampauimu.Kian tinggi posisimu, kian dirimu perlu bersikap santai. Jangan takut kualitas dirimu menjadi tidak terlihat gara-gara sikap rendah hati. Malah sikap itu akan membuatmu menonjol di antara orang lain tanpa terkesan ingin dipuji.

4. SATU BATANG PADI BERISI BANYAK BULIR


Pada satu batang padi yang siap panen terdapat ratusan bulir. Ini menjadi pelajaran agar kamu juga menjadi pribadi yang produktif. Dirimu memang cuma satu dan punya masa sehat, usia, serta pengetahuan yang terbatas. Akan tetapi gunakan masa sehat, umur, serta pengetahuan tersebut untuk menghasilkan sebanyak mungkin hal yang bermanfaat. Kamu bisa kalau mau. Jangan suka berpangku tangan dan merasa gak apa-apa bila dirimu tidak memberikan kontribusi lebih dalam kehidupan.Semua orang dapat menjadi manusia yang berguna bagi kehidupan melalui bidang masing-masing. Kemampuanmu untuk berkarya sebenarnya besar, tetapi sering kali dikecilkan oleh rasa malas diri sendiri. Juga, pemikiran bahwa biar orang lain saja yang melakukannya. Padahal, bila semua orang bergerak sesuai dengan keahliannya, hasilnya bakal lebih berdampak.

5. MENANAM PADA SAAT YANG TEPAT AGAR TAK TERLAMBAT


Hidup bergantung pada alam harus sangat disiplin. Seperti petani padi yang memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk mulai menanam. Jangan sampai waktu tanam terlambat yang membuat tanaman padi gak memperoleh air hujan yang cukup. Nanti hasil panennya akan buruk.Begitu pula menanam terlalu awal ketika musim masih kering kerontang juga tak akan berhasil. Kedisiplinan dengan tetap melihat situasi wajib kamu miliki. Sesederhana apa pun cita-citamu bakal sukar diraih tanpa kedisiplinan dan pemahaman mengenai waktu yang tepat.Bila telah tiba saatnya untuk kamu bekerja misalnya, jangan menunda-nunda lagi. Kelihatannya ini hanya kebiasaan sepele. Namun ketika kamu terus mengulanginya sampai bertahun-tahun sesungguhnya dirimu sedang membangun jalan menuju kesuksesan. Tanpa terasa dirimu sudah makin mendekatinya.

6. MAKIN LUAS SAWAH MAKIN BANYAK ORANG YANG BEKERJA


Apabila luas sawah gak seberapa, satu orang penggarap saja mungkin sudah cukup untuk menyiapkan tanah, menanam, hingga kelak memanennya. Tapi tambah luas ukuran sawah, tentu tambah banyak penggarap yang dibutuhkan. Utamanya pada masa tanam dan panen.Kerja sama seperti ini penting bila dirimu ingin memperbesar pencapaian atau meluaskan bidang usahamu. Sehebat apa pun dirimu bakal bertemu dengan keterbatasan dan berkeras untuk tidak bekerja sama dengan orang lain berarti menghentikan langkahmu. Tetapi bekerja sama dengan terlalu banyak orang juga gak efektif dan efisien.Maka bekerjasamalah sesuai dengan kebutuhanmu, tidak kurang maupun melebihinya. Bisa pula kerja sama bersifat temporal atau hanya pada saat-saat tertentu. Ketika kamu bisa mengurusnya sendiri, kerja sama dihentikan sesuai dengan kesepakatan. Itulah enam hikmah yang dapat diambil dari memperhatikan kerja petani di sawah. Resapi dan terapkan setiapnya di situasi hidupmu yang sesuai. Berbekal pelajaran hidup tersebut, semoga kamu dapat mencapai kehidupan yang baik dan memuaskan.